Membangun Citra Pramuka

Written by ELCHOIR 0 komentar Posted in:

Z
aman sekarang informasi disebarluaskan melalui berbagai media seperti radio, televisi, surat kabar, majalah dan internet, dengan kecepatan yang mengagetkan. Era di mana Alvin Toffler dalam bukunya “The Third Wave” menyebutkan sebagai era informasi yang membawa dampak kepada globalisasi dunia.

Dalam era informasi, pihak yang menguasai media dapat berperan lebih banyak dalam publikasi dan komunikasi. Salah satu pilihan media adalah media internal yang diterbitkan oleh suatu lembaga non profit. Media internal akan menjalankan peranannya sebagai alat komunikasi dan publikasi. Penerbitan media internal merupakan suatu kebutuhan dalam era informadi dewasa ini.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka telah menerbitkan media resmi sejak 1 Agustus 1979 yang diberi nama Majalah Pramuka sebagai wujud Inisiatif Kreatif Untuk Mandiri. Menilik dari usianya Majalah Pramuka yang terbilang tua. Media tersebut dimaksudkan untuk saling bertukar informasi baik itu tentang kegiatan maupun sebagai bahan untuk latihan bagi peserta didik.

Dalam perkembangannya majalah tersebut sering terbit tidak tepat waktu. Seyogyanya majalah ini majalah bulanan, namun dalam kenyataannya penerbitan kerap 1 (satu) edisi untuk 2 (dua) bulan.

Tak jelas kendala apa yang dialami Majalah Pramuka. Namun lazimnya kendala yang sering dialami, terutama pada media penerbitan internal di antaranya adalah sulitnya rekruitmen pengelola media, minimnya pengetahuan jurnalistik dan manajemen pengelolaannya disamping tak mengarahnya isi dan kebijakan redaksional. Selain itu, format media, dan percetakan serta kurang pemahaman terhadap karakteristik pembaca (konsumen media).

Padahal inisiatif kreatif dari Majalah Pramuka akan ikut mengangkat Citra Pramuka. Hasil Rapat Kerja Nasional Gerakan Pramuka tahun 2002 menganalisis trend perkembangan dan lingkungan strategik yaitu kecenderungan-kecenderungan yang berdampak kepada kaum muda seperti perkembangan pesat teknologi (internet, games, dan VCD), krisis multi-dimensi dan reformasi (kekerasan, hukum, wibawa pemerintah, perpecahan, konflik, narkoba, dan kebebasan). Hal-hal tersebut diindentifikasi menjadi kelemahan, kekurangan dan ancaman.

Rapat Kerja Nasional tahun 2001 melahirkan Kertas Kerja Kehumasan yang di dalamnya tertuang rencana aksi bidang kehumasan, khususnya dalam pelayanan dan penerangan informasi internal diantaranya pemanfaatan media massa baik cetak maupun elektronik di tingkat pusat maupun daerah dan peningkatan mutu serta penyebaran media di setiap jajaran Kwartir supaya mandiri.

Selain itu sesuai dengan semangat Otonomi Daerah dan hasil pengamatan para tokoh kepramukaan sedunia seperti Sekjen WOSM Dr. Jaques Moreillon serta tokoh-tokoh di Asia Pasific Region, sudah saatnya kehumasan dilaksanakan dengan prinsip “think globally, acr locally”. Artinya lebih memperbesar berita-berita lokal mengenai kepramukaan sehingga masyarakat merasa lebih mempunyai ‘emosi kedekatan” dengan berita itu.

Berkaitan dengan hat tersebut, prinsip marketing of scouting modern juga meminta agar organisasi Pramuka melaporkan kepada stakeholder-nya, yaitu masyarakat, berbagai aktivitas dan kemajuan organisasinya, sekaligus mengembangkan citra Pramuka menjadi lebih baik.

Alangkah baiknya setiap kegiatan kepramukaan selalu dilaporkan dan cara termudah melaporkannya adalah melalui media massa lokal, karena itu Kwartir Daerah, Cabang dan Ranting harus didorong agar mempunyai komisi kehumasan atau andalan yang bertugas dalam bidang kehumasan dan mampu menjalin hubungan baik dengan media massa lokal untuk memuat berita-berita kepramukaan daerah tersebut, ini berlaku bukan hanya untuk media massa ber-SIUPP, tetapi juga media massa lain yang dapat menjangkau masyarakat di daerah itu. Contohnya : berita rangkaian kegiatan peringatan HUT Pramuka ke-41 Tahun 2002 Tingkat Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dimuat di Buletin Media Ummat terbitan Dinas Informasi dan Komunikasi Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Edisi 10/Tahun I/2002/19 – 24 Oktober 2002.

Dalam buletin tersebut, rangkaian kegiatan HUT Pramuka tersebut menjadi berita utama dan menghiasi sampul depan belakang media tersebut.
Disadari bila hal ini dapat dilakukan secara meluas di tiap daerah, maka paling tidak akan memperbanyak publikasi dan promosi mengenai kepramukaan. Sesuai dengan salah satu prinsip pers, pembaca akan lebih memilih membaca berita yang dekat dengan lingkungannya. Jadi sekali lagi intinya “think globally, act locally”, dan untuk itu Kwartir Derah, Cabang dan Ranting harus didorong untuk memuat lebih banyak aktifitas kegiatannya di media massa lokal.

0 komentar:

Posting Komentar